Kejujuran atau jujur berarti apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan
hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sikap jujur perlu dipelajari setiap orang, sebab jujur mewujudkan
keadilan, sedang keadilan menutut kemulian abadi, jujur memberikan
keberanian dan ketentraman hati, serta menyucikan lagi pula membuat
luhurnya berbudi pekerti. Barangsiapa berkata jujur serta bertindak
sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar. Orang bodoh
yang jujur lebih baik daripada orang pandai yang lancung.
Pada hakekatnya kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang
tinggi, kesadaran pangakuan akan adanya sama hak dan kewajiban, serta
rasa takut terhadap kesalahan atau dosa. Adapun kesadaran moral adalah
kesadaran tentang diri kita sendiri karena kita melihat diri kita
berhadapan dengan hal baik dan buruk. Kejujuran bersangkutan erat dengan
masalah nurani. Bertolak ukur pada hati nurani, seorang dapat ditebak
perasaan moril dan susilanya, yaitu perasaan yang dihayati bila ia harus
menentukan pilihan apakah hal itu baik atau buruk, benar apa salah.
Selain nilai etis yang ditunjukan kepada sesama manusia, hati nurani
berkaitan erat juga dalam hubungan manusia dengan Tuhan.
Berbagai hal yang menyebabkan orang berbuat tidak jujur, mungkin
karena tidak rela, mungkin karena pengaruh lingkungan, karena social
ekonomi, terpaksa ingin populer, karena sopan santun dan untuk mendidik.
Dalam kehidupan sehari-hari jujur atau tidak jujur merupakan bagian
hidup yang dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri.
Menurut M.Alamsyah dalam bukunya budi nurani dan filsafat berfikir,
yang disebut nurani adalah wadah yang ada dalam perasaan manusia. wadah
ini menyimpan suatu getaran kejujuran, ketulusan dalam menoropong
kebenaran lokal maupun kebenaran illahi (M.Alamsyah,1986:83). Nurani
yang dikembangkan dapat jadi budi nurani yang merupakan wadah yang
menyimpan keyakinan. Kejujuran atau ketulusan dapat di tingkatkan
menjadi sebuah keyakinan atas diri keyakinannya maka seseorang diketahui
kepribadiannya.
Dan hati nurani bertindak sesuai dengan norma-norma kebenaran akan
menjadikan manusianya memiliki kejujuran, ia akan menjadi manusia jujur.
Sebaliknya orang yang terus-menerus berfikir atau bertindak
bertentangan dengan hati nuraninya akan selalu mengalami konflik batin,
ia akan mengalami ketegangan, sifat kepribadiannya yang tadinya tunggal
menjadi ganda.
Untuk mempertahankan kejujuran, berbagai cara dan sikap yang perlu
dipupuk. Namun demi sopan santun dan pendidikan,orang diperbolehkan
berkata tidak jujur apabila sampai pada batas-batas yang ditentukan.
Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak
jujur, dan sama dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau
kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati
nuraninya atau, orang itu memenuhi dari hatinya sudah berniat curang
dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa tenaga dan usaha.Kecurangan
dapat menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, culas, ingin menimbun
kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang
hebat, paling kaya, dan senang melihat orang disekelilingnya hidup
menderita. bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan.
Ditinjau dari hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya, ada 4
aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban, dan aspek
teknik. Apabila keempat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka
segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma
hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa
tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar
norma tsb dan terjadilah kecurangan.
Sumber : 1 2
CASE STUDY :
Studi Kasus Saya Ambil Dari Berita yang berhubungan tentang Kecurangan.
Medan , Kompas.com - Praktik kecurangan ujian nasional meluas di
sejumlah sekolah di Sumatera Utara. Selain modus, tempat terjadinya
kecurangan juga bertambah pada hari kedua pelaksanaan UN. Sebagian dari
praktik tidak jujur ini bahkan terjadi terbuka di depan kelas tanpa
menghiraukan pengawas UN.”Laporan dari tim investigasi kami, ada guru
yang sengaja membagikan jawaban di depan kelas kepada murid. Ini terjadi
di SMK swasta di Sidikalang, Kabupaten Dairi; SMA swasta di Kabupaten
Humbang Hasundutan; SMK swasta di Siborongborong, Tapanuli Utara; dan
SMA swasta di Simalungun,” tutur anggota Dewan Kehormatan Komunitas Air
Mata Guru (KAMG), Deni Boy Saragih, Selasa (21/4) di Medan.
Guru di sekolah tersebut memberikan jawaban kepada siswa dengan
membagikan kertas kecil yang besarnya tidak sampai melebihi telapak
tangan. Sebagian dari lembar jawaban ini bertuliskan tangan dan sebagian
lain sudah dalam bentuk ketikan. Deni sengaja tidak menjelaskan detail
nama sekolah karena bukti kecurangan ini akan dibuat dalam bentuk
laporan resmi kepada pengawas di tingkat provinsi.
Selain pemberian jawaban soal UN di depan kelas, tim investigasi KAMG
juga menemukan kembali jawaban serupa di tangan siswa. Hari ini tim
menemukannya di sebuah SMA negeri di daerah Simalingkar dan SMK swasta
di Kecamatan Medan Baru. ”Seperti hari sebelumnya, semua temuan
kecurangan ini sebagian besar terjadi di sekolah favorit,” katanya.
Dia menduga adanya sindikat pembocor soal sebelum ujian berlangsung.
Sindikat ini merupakan jaringan yang terdiri atas siswa, guru sekolah
setempat, dan yang terakhir oknum dinas pendidikan. Mereka, tuturnya,
bekerja secara sistematis untuk menyebarkan jawaban soal UN kepada
siswa.
Modus yang paling sering ditemui adalah adanya penyebaran jawaban soal
melalui pesan pendek melalui telepon seluler. Selanjutnya, siswa
menyalinnya dalam bentuk lembaran kertas kecil untuk dibawa ke ruang
ujian.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Sumut, Parlindungan Purba, mengaku
prihatin dengan peristiwa ini. Berulang kali sejak UN digelar kasus
kecurangan hampir selalu terjadi di banyak daerah. Dia kembali memprotes
Menteri Pendidikan Nasional yang memaksakan UN digelar. Padahal, sumber
daya manusia dan sarana sekolah di daerah belum siap.
”Kami meminta kepada pemerintah untuk menanyakan terlebih dahulu kepada
siswa, guru, ataupun dinas pendidikan di daerah, siap atau tidak
menggelar UN. Pemaksaan ini mengakibatkan pihak sekolah mengambil segala
cara demi nama baik,” katanya. (NDY)
Sumber
OPINION :
”Kami meminta kepada pemerintah untuk menanyakan terlebih dahulu kepada
siswa, guru, ataupun dinas pendidikan di daerah, siap atau tidak
menggelar UN. Pemaksaan ini mengakibatkan pihak sekolah mengambil segala
cara demi nama baik,”
dari kutipan diatas saya kurang setuju, dimana sudah pasti jika
ditanyakan pertanayaan seperti itu akan menjawab ‘siap’ dan itu sudah
pasti.
Menurut saya, di setiap sekolah punya caranya masing – masing untuk bisa
meluluskan anak – anak muridnya, entah bagaimanapun caranya atau
bekerja sama dengan pihak pengawas ujian. Itu semua dilakukan untuk
meningkatkan mutu masing – masing sekolah.
Mengapa harus ada UN???
Pertanyaan ini sering ada dalam pikiran siswa – siswi yang akan menghadapinya,,
Apa kepintaran seorang siswa – siswi hanya diukur dari Mata Pelajaran yang di ajukan???
bukankah para siswa – siswi tidak hanya mempelajari Mata Pelajaran tersebut???
Dari itu semua dapat menyebabkan banyaknya tindak kecurangan dalam melakukan UN.
Kecurangan dalam UN bisa terjadi karena beberapa sebab :
1. Ketakutan akan tidak lulusnya siswa – siswi, baik dari begitu
banyaknya bahan – bahan yang akan di ujikan dan NEM yang ditentukan oleh
pemerintah dan yang selalu naik setiap tahunnya.
2. Tuntutan dari orangtua yang berlebihan yang bisa saja membuat siswa – siswi stress
3. Agar meningkatkan mutu / kualitas sekolah dalam membimbing dan mengajar para siswa - siswi
0 komentar:
Posting Komentar